Rekonstruksi Paleobatimetri Formasi Simpangaur Berdasarkan Rasio Plangtonik/Bentonik Foraminifera Kecil di Sungai Padang Guci, Bengkulu
DOI:
https://doi.org/10.54082/jupin.1716Kata Kunci:
Foraminifera Kecil, Formasi Simpangaur, PaleobatimetriAbstrak
Formasi Simpangaur merupakan salah satu formasi batuan penyusun Cekungan Bengkulu pada Lajur Bengkulu. Penelitian mengenai paleobatimetri di sekitar Sungai Padang Guci belum pernah dilakukan sebelumnya. Analisis paleobatimetri menggunakan kumpulan foraminifera kecil diharapkan dapat melengkapi kajian mengenai formasi ini melalui pendekatan yang berbeda dari penelitian lainnya dan dapat merekonstruksi paleobatimetrinya berdasarkan kandungan fosilnya. Sebanyak 14 sampel sedimen didapatkan berdasarkan metode pengukuran penampang stratigrafi pada sisi Sungai Padang Guci. Selanjutnya sampel dianalisis menggunakan metode hidrogen peroksida di laboratorium dan penentuan batimetri menggunakan perbandingan rasio P/B foraminifera kecil. Berdasarkan pengamatan megaskopis, ditemukan 3 litologi di daerah penelitian yaitu batupasir bermoluska, batupasir tufan, dan tuf. Batuan di lokasi penelitian berumur Pliosen Akhir (PL6/N21) atau berkisar 2,3jtl-1,88jtl berdasarkan kehadiran fosil indeks Globigerinoides fistulosus dan Hastigerina aequilateralis. Hasil rasio P/B berkisar 31,91%-69,23%, menunjukkan paleobatimetri Formasi Simpangaur berada pada zona neritik luar-neritik tengah. Berdasarkan perbedaan kelimpahan foraminifera dan litologinya, daerah penelitian dibagi menjadi 3 zona, yaitu Zona 1 dengan rata-rata kelimpahan 50.73% dan litologi batupasir bermoluska, Zona 2 dengan rata-rata kelimpahan 0% dan litologi batupasir tufan dan tuf, serta Zona 3 dengan rata-rata kelimpahan 47.32% dan litologi batupasir bermoluska. Perubahan paleobatimetri diindikasikan berhubungan dengan aktivitas tektonik regional di Cekungan Bengkulu berupa penurunan cekungan. Keterbatasan data pada Zona 2 diakibatkan berubah litologi menjadi litologi hasil kegiatan vulkanik dimana foraminifera tidak dapat hidup pada kondisi ini. Temuan ini memberikan kontribusi baru pada interpretasi lingkungan purba Formasi Simpangaur.
Referensi
Alviyanda & Sipayung, C.S. (2023). Studi Batuan Asal (Provenance) Batupasir Formasi Simpangaur Daerah Way Krui, Lampung. Journal of Science and Applicative Technology, 7(1), 26-34. https://doi.org/10.35472/jsat.v7i1.1086.
Amin, T.C., Kusnama, Rustandi, E., & Gafoer, S. (1993). Peta Geologi Lembar Manna Dan Enggano, Sumatera, Skala 1:25.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Ananda, R., & Harnani. (2024). Analisis mikropaleontologi fosil foraminifera planktonic Formasi Lemau dan Formasi Simpangaur dalam penentuan iklim purba pada lintasan Sungai Pagar Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma, Bengkulu. Jurnal Penelitian Sains, 26(2):206-214. https://doi.org/10.56064/jps.v26i2.1006.
Barber A.J., Crow, M.J., & Milsom, J.S. (2005). Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution. London: Geological Society of London. https://doi.org/10.1017/S0016756806212974
Blow, W.H. (1969) Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy. In: Bronnimann, P. and Renz, H.H., Eds., Proceedings of the 1st International Conference on Planktonic Microfossils, Geneva, Vol. 1, 199-422.
Bolli, H.M., Saunders, J.B., & Perch-Nielsen, K. (1989). Plankton Stratigraphy: Volume 1: Planctic foraminifera, calcareous nannofosils and calpionellida. Cambridge: Cambridge University Press.
Budiarto, E.Y., Maryunani, K.A., & Gustiantini, L. (2023). Pengaruh Fenomen Indian Ocean Dipole Terhadap Paleoekologi Dan Paleoproduktivitas Foraminifera Di Perairan Selat Sunda Pada Waktu Pleistosen-Holosen. Bulletin of Geologi, 7(2):1184-1201. https://doi.org/10.5614/bull.geol.2023.7.2.5.
Dumitru, O.A., Austermann, J., Polyak, V.J., Formos, J.J., Asmerom, Y., Gines, J., Gines, A., & Onac, B.P. (2019). Contrasting on Global Sea Level During Pliocene Warmth. Nature, 574(7777): 233-236. https://doi.org/10.1038/s41586-019-1543-2.
Giantaria, A., & Rochmana, Y.Z. (2024). Analisis Stratigrafi dan Implikasi Terhadap Sejarah Geologi Daerah Sukamaju, Kecamatan Air Nipis, Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu. Jurnal Teknika Sains, 9(2).
Hastuti, S., & Sukandarrumidi, S. P. (2001). Kendali Tektonik Terhadap Perkembangan Cekungan Ekonomi Tersier Ombilin, Sumatra Barat (Tectonic Control On The Development Of The Ombilin Tertiary Economic Basin, West Sumatra). Teknosains, 14(2001).
Harbowo, D.G. & Sitinjak, E. (2024). The Foraminifera Fossil Record of the Sedimentary Rock at Kotadjawa, Lampung, Indonesia: The Significance of Marine Paleontological Insight. Jurnal Riset Biologi dan Aplikasinya, 6(2): 116-123. doi: 10.26740/jrba. v6n2.p116-123.
Husein, S., Barianto, D.H., Novian, M.I., Putra, A.F., Saputra, R., Rusdiyantara, M.A., & Nugroho, W. (2018). Persepektif Baru Dalam Evolusi Cekungan Ombilin Sumatera Barat. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke 11 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Istiana & Zulfiah. (2022). Perubahan Iklim Pada Pliosen Akhir Berdasarkan Studi Palinologi Formasi Tapak, Daerah Bentarsari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Pangea, 9(1sp): 45-42. https://doi.org /10.31315/jigp.v9i1sp.9409.
Fauzielly, L., Jurnaliah, L., & Fitriani, R. (2018). Palobatimetri Formasi Jatiluhur Berdasarkan Kumpulan Foraminifera Kecil Pada Lintasan Sungai Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Riset Geologi Tambang, 28(2):157-166. doi: 10.14203/risetgeotam2018.v28.660.
Lipps, J.H. (1979). Foraminifera Ecology and Paleoecology. Houston: SEPM Short Course No. 6.
Loeblich, A.R. and Tappan, H. (1994). Foraminifera of the Sahul Shelf and Timor Sea. Spesial Publication No.31. Cushman Foundation for Foraminiferal Research Inc.
Murray, J.W. (1973). Distribution and ecology of living foraminifera. New York: Ciane Russell Co. Inc.
Murray, J. W. (1976). A method of determining proximity of marginal seas to an ocean. Marine Geology, 22(2):103-119. https://doi.org/10.1016/0025-3227(76)90033-5.
Maulia, D., & Idarwati. (2023). Macrofossil Characteristics and Bathymetric Environment of Sumber Makmur Village, Muara Sahung, Kaur, Bengkulu. Journal of Earth and Marine Technology, 5(1): 18-28. https://doi.org/10.31284/j.jemt.2023.v4i1.4651.
Mendes, I., Gonzales, R., Dias, J.M.A., Lobo, F., & Martins, V. (2004). Factors Influencing Recent Benthic Foraminifera Distribution on The Guardiana Shelf (Southwestern Iberia). Marine Micropaleontology, 51:171-192. https://doi.org/10.1016/j.marmicro.2003.11.001.
Mori, N., Vehovar, Z., Brad, T…………….Zagmajster, M. (2025). A Comprehensive Occurrence Dataset for European OstracodaInhabiting Groundwater and Groundwater-Dependent Ecosystems. Global Ecology and Biogeography, 34: 1-11. https://doi.org/10.1111/geb.70065
Novita, D., Wirawan, D.R., Rijani, S., Hermawan, U. (2022). Pola Perubahan Iklim Purba Pada Umur Pliosen dengan Proksi Foraminifera: Studi Kasus Formasi Sentolo, Yogyakarta. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 23(3): 133-140. https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v23i3.703.
Pringgoprawiro, H., & Kapid, R. (2000). Foraminifera: Pengenalan Mikrofosil dan Aplikasi Biostratigrafi. ITB Bandung.
Tipsword, H.L., Setzer, F., & Smith, F.L. (1966). Interpretation of Depositional Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration from Paleoecology and Related Stratigraphy. AAPG Bulletin, 16. doi:10.1306/5D25B733-16C1-11D7-8645000102C1865D
Valchev, B. (2003). On The Potential of Small Benthic Foraminiferal as Paleoecology indicators: Recent Advances. 50 Years University of Mining and geology “St. Ivan Rilski”. Annual. Geology and geophysics, Sofia, 46(I), 189-194.
Wade, B.S., Nearson, P.N., Berggren, W.A., & Pälike, H. (2011). Review and revision of Cenozoic tropical planktonic foraminiferal biostratigraphy and calibration to the geomagnetic polarity and astronomical time scale. Earth-Science Reviews, 104(1–3):111–142. doi: 10.1016/j.earscirev.2010.09.003
Widhiyatmoko, M., Isnaniawardhani, V., Zajuli, M.H.H. (2023). Distribusi Nannofosil dan Foraminifera Pada Batas Pliosen-Plistosen Formasi Batilembuti di Pulau Yamdena, Provinsi maluku dan Relevansinya dengan Tektonik Regional. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 24(1): 39-50. https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i1.737.
Wiguna, T., & Ardhyastuti, S. (2021). Paleobathymetry Reconstruction And Depositional Boundary Based On Foraminifera Abundance; A Case Study On SO189/2-04KL Di Cekungan Bengkulu. Oseanika; Jurnal Riset dan Rekayasa Kelautan, 2(1): 31-37. https://doi.org/10.29122/oseanika.v2i1.4866
Yulihanto, B., Situmorang, B., Nurdjadjadi, A., & Sain, B. (1995). Structural Analysis of the Onshore Bengkulu Forearc Basin and Its Implication for Future Hydrocarbon Exploration Activity. 24th Annual Convention Proceedings Indonesian Petroleoum Association (pp. 85-96). Indonesian Petroleum Association.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Sakilla Gia Mentari, Muhammad Eval Juni Wijaya, Ester Juni Yanti Nainggolan

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.